1. Sejarah Busana
Busana berasal dari bahasa sansekerta “bhusana” yang berati pakaian. Busana merupakan segala sesuatu yang dipakai manusia mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pada zaman pr sejarah, manusia belum mengenal busana seperti sekarang. manusia memakai kulit binatang, tumbuh- tumbuhan untuk menutupi tubuh mereka. manusia purba yang hidup di daerah dingin menutupi tubuhnya dengan kulit binatang, misalnya kulit domba yang berbulu tebal. sedangkan manusia purba yang hidup di daerah panas, melindungi tubuh mereka dengan memanfaatkan kulit pepohonan yang direndam terlebih dahulu lalu dipukul – pukul dan dikeringkan. selain itu mereka juga menggunakan dedaunan dan rumput.
Manusia purba sudah mengenal penggunaan asesoris, mereka menggunakan kerang, biji – bijian, dan taring binatang yang disusun sedemikian rupa menjadi asesoris seperti kalung, gelang, dll. Pemakaian asesoris pada jaman purba lebih ditekankan kepada fungsi kepercayaan atau mistis. menurut kepercayaan mereka, dengan memakai benda – benda tersebut dapat menunjukkan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh – roh jahat dan agar selalu dihormati. cara lain yang dilakukan yaitu dengan membubuhkan lukisan di tubuh mereka yang dikenal dengan “tattoo”.
Perkembangan bentuk busana mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dari penggunaan kulit kayu, kulit binatang, dll manusia akhirnya menemukan teknologi pembuatan kain, yang pada awalnya masih sangat sederhana yaitu dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM ). Disinilah manusia mengenal busana dalam arti yang sebenarnya. Walaupun pada awalnya manusia hanya mengenal bentuk pakaian berupa bentuk dasarnya yaitu kutang, poncho, kaftan, pakaian bungkus.
2.SEJARAH AWAL BENTUK BUSANA
Taukah Anda awal perkembangan busana hingga sampai bermacam-macam hingga sekarang? Jaman dahulu manusia belum mengenal busana. Pada waktu itu manusia hanya berusaha menghindari diri dari pengaruh lingkungan seperti panas, dingin, gigitan serangga, dsb. Menurut catatan sejarah, manusia berbulu, namun semakin lama bulu tersebut semakin menipis sehingga manusia harus berusaha melindungi diri. Awalnya mereka menggunakan tanah liat, daun-daunan, kulit binatang dan kulit kayu. Pembuatan busana dari kulit kayu memerlukan keahlian tertentu, sebab harus mengetahui jenis kulit kayu yang dapat digunakan untuk bahan busana.
Sejarah Awal Bentuk Dasar Busana
Nama busana pada awalnya adalah celemek panggul mempunyai bentuk seperti rok yang biasanya dipakai oleh wanita-wanita Yap dan Guamatela di kepulauan Caroline. Bentuk busana ini berasal dari daun pohon kelapa yang dianyam dipakai pada bagian pinggang sampai panggul, sehingga disebut celemek panggul. Selain dari daun kelapa bisa juga berasal dari kulit binatang. Perkembangan selanjutnya adalah Poncho. Bentuknya hampir sama dengan celemek panggul. Bedanya Poncho hanya berbentuk segiempat dan mempunyai lubang di tengah yang berfungsi untuk memasukkan kepala. Dari perkembangan tersebut muncullah beberapa bentuk dasar busana, diantaranya.
Busana Bungkus
Busana ini terdiri dari selembar kain berbentuk segiempat yang hanya dibelit-belitkan pada tubuh. Contoh busana ini kita kenal dengan nama Sari yang sering kita temui di daerah India. Jaman dahulu manusia belum mengenal mesin jahit, sehingga mereka menggunakan pakaian hanya dengan membelit-belitkannya pada tubuh.
Kutang
Kutang berarti tidak memiliki belahan. Kutang adalah perkembangan dari busana bungkus yang sisinya disatukan. Contoh busana ini adalah kaos yang sering kita gunakan. Setiap busana bagian atas yang tidak memiliki belahan, bentuk dasarnya adalah kutang
Kaftan
Perkembangan selanjutnya adalah Kaftan, semuan busana bagian atas yang memiliki belahan hingga bagian bawah, bentuk dasarnya adalah kaftan, contoh busana ini adalah kemeja.
Celana
Celana muncul untuk melengkapi Kaftan. Celana berfungsi menututupi bagian tubuh bagian bawah. Awalnya celana terdiri dari kain berbentuk sarung atau rok yang kemudian dibentuk menjadi celana dengan cara menarik bagian tengahnya, hingga terciptalah berbagai model celana hingga sekarang. Dari 4 bentuk busana di atas, banyak model yang berkembang hingga saat ini (D.Frida, Perkuliahan).
3.SEJARAH MODE
Sejarah mode memberi kesempatan pada kita untuk mengetahui wujud busana manusia dari masa ke masa.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila memahami pengetahuan ini. Karena sejarah mode merupakan sumber inspirasi yang tak kunjung kering apabila kita memerlukan ide baru bagi perkembangan kreatifitas.
Pengetahuan tata busana dari berbagai periode kebudayaan umat masnusia sangat diperlukan bagi seseorang yang menekuni bidang piñata busana di dunia teter, film atau tv. Disamping itu pengetahuan sejarah mode setidak tidaknya akan memperluas wawasan dan memungkinkan kita memproyeksikan diri dalam alur sejarah masa kini dan masa depan.
Memahami wujud busana masyarakat tertentu berarti memahami pula kebudayaan masyarakat itu dan mengerti berbagai aspek keberadaannya.
Sebagai awal kita akan mengenal tata busana di Dunia Kuno, adalah peradaban yang terjadi disekitar Mediterranea pada masa sebelum Masehi
Pada dasarnya pakaian tidaklah hanya merupakan alat pelindung terhadap keadaan cuaca semata mata. Suku bangsa primitive ada kalanya mengenakan pakaian tebal panas di Katulistiwa dan kadang-kadang hamper telanjang didaerah kutub.
Ini sebagian dikarenakan adanya keinginan merias diri yang lebih kuat dibandingkan penyesuaian dengan keadaan sekitar. Kiranya sedikit sifat ini tidak hanya ada dimasa purba tetapi hingga masa kini pun sikap itu masih terpelihara disebagian umat manusia.
Perbedaan berbusana antara suku bangsa di pegunungan, kaum nomadan, penghuni padang pasir, goa, petani dan orang kota terlihat jelas. Sedangkan pada golongan berkedudukan tinggi, kaum ningrat dan aristocrat unsure-unsur simbolis kedudukan mereka sangat ditonjolkan.
Bangsa-bangsa kuno pada mulanya hanya mengenakan kain cawet, kadang-kadang dilengkapi dengan selendang. Tutup kepala dan alas kaki, hamper tak dipakai. Busana zaman kuno yang sangat berpengaruh adalah busana yang berasal dari suku bangsa yang memiliki kebudayaaan sendiri seperti bangsa Mesir Kuno dan Bangsa Babylonia. Kedua bangsa ini memiliki bentuk dasar busana yang sama yaitu bentuk dasar kemeja.
Bangsa Mesir Kuno menghias bentuk dasar ini dengan mempergunakan kain itu sendiri, yaitu dengan cara pemberian lipit-lipit ( pleats, plissee ). Bangsa Babylonia dengan menambah potongan-potongan strook yang berumbai-rumbai.
Bentuk kostum dari masing-masing suku bangsa zaman kuno ini saling berbeda tapi sepintas tak terlihat perbedaannya. Potongan-potongan kain besar atau lebarnya tergantung yang dihasilkan oleh alat tenun pada masa itu diterima sebagai bentuk dasar kostum untuk kemudian dilipat, dililit, dilingkarkan atau disusun pada badan dalam aneka perbandingan panjang atau lebar kain itu sendiri.
Akan jelas bahwa dengan demikian busana zaman kuno dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
Rok – rok lipit ( sarung )
Bentuk dasar kemeja
– tunika
– kaftan
Tunika dan kaftan hingga kini masih dikenakan oleh bangsa-bangsa di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Deraperi.
Sepotong kain disusun pada bahan, acapkali sebagai tambahan. ( ingat : sari pada busana khas India )
Busana deraperi memberi aksen pada gerakan badan hingga merupakan pakaian paling plastis dari Dunia Kuno.
Dalam dunia kuno bentuk celana hamper tidak digunakan. Sesekali bentuk ini dijumpai sebagai pakaian rasionil pada suku bangsa- suku bangsa pegunungan atau pada suku bangsa-suku bangsa penunggang kuda.
4.BUSANA DAN PERLENGKAPAN BUSANA MASYARAKAT MESIR KUNO
Zaman Mesir Kuno dapat dikatakan zaman emas karena pada masa itu telah mengenal emas dan tersedia sangat berlimpah. Kaum ningrat bias meletakkan emas dimana saja sehingga logam mulia itu seakan-akan tidak bernilai bagi mereka.
Busana yang dipakai pada masa itu masih dalam bentuk yang sangat sederhana berupa busana dalam bentuk kemeja tanpa krag dinamakan KALASIRIS.
Dalam periode kerajaaan kunoKalasirirs berlengan setali ini sangat pendek dan ketat, sedangkan dalam periode kerajaan baru kalasiris dibuat panjan dan lebar serta diberi lipit-lipit yang merupakan unsure dekoratif yang sangat dominant pada tata busana bangsa Mesir kuno.
Pelengkap Kalasiris : berbagai sarung pendek dan aneka krag. Yang dibuat dari berbagai macam bahan. Sepeti Linen yang dikanji sangat kaku agar mudah dibentuk, ini biasa digunakan oleh rakyat biasa. Ada juga dibuat dari kulit atau logam mulia, ini biasa digunakan oleh kaum ningrat dan tokoh-tokoh penting lainnya. Pada kragnya juga acapkali ditambahkan hiasan dari permata yang disusun dalam susunan geometris.
Sedangkan sarung pendek atau disebut SCHENTI juga memberikan efek dekoratif pada kalasiris. Yang juga terkadang dibuat dari kulit berlapis emas.
Asesoris lainnya ada selendang yang disebut STOLA yang disusun sebagai draperi pada bahu. Dikenakan juga semacam rompi panjang yang dibuat dari susunan jalinan dan ronce manik-manik.
Untuk Firaun, kalasiris yang berlipit-lipit dibuat dari kain emas agar memberi kesan kedewaan.
Untuk Pendeta dan Firaun memakai tutup kepala dari kain yang dilipat menjadi segitiga.
Tutup kepala ini disebut KLAFT.
Aneka mahkota yang terdapat di Mesir:
Mahkota Pschent -: Mahkota ganda terdiri dari Mahkota Merah dan Mahkota Putih warna pada mahkota ini9 menunjukkan daerah kekuasaan pada masa itu. Untuk warna merah meliputi Mesir Bawah dan warna putih meliputi daerah Mesir Hulu.
Mahkota CHEPERESH : Mahkota pada masa kerajaan baru ini berbentuk lebih tinggi dari Pschent. Selalu dihias dengan Ular Ureus yang menghadap kedepan, sebagai kepercayan agar terlindungi dari gigitan ular.
Untuk Ratu selalu memakai hiasan burung Elang diatas kepala dengan sayap burung yang putih disisi kepala.
Selain itu ada juga Mahkota Hemhemet, Mahkota Perang, Mahkota Isis.
Raja Mesir Kuno juga melengkapi penampilannya dengan menggunakan janggut palsu. Janggut palsu ini dibuat dari serat wol atau jalinan rambut, diikat dengan pita kebelakang.
Juga ada gelang-gelang lebar dengan hiasan motif berupa symbol-simbol khas Mesir kuno seperti Ular Ureus, Papyrus, burung elang, matahari bersayap dan lain sebagainya.
5.ASAL USUL BUSANA
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal inipun sudah dirasakan manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dilihat dari sejarah perkembangan
kebudayaan manusia, dapat kita pelajari hal-hal yang ada hubungannya dengan busana.
Pada dasarnya busana yang berkembang dimasyarakat dewasa ini merupakan pengembangan dari bentuk dasar busana pada peradaban Barat. Namun busana baratpun hadir atas sumbangan yang tumbuh dari tiga akar budaya yaitu Yunani Kuno, Romawi dan Nasrani. Seiring dengan perkembangan zaman, busana mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan Ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana seperti yang ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu, bercocok tanam dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar, mereka mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu daging untuk dimakan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh. Pada saat itu manusia baru berfikir untuk melindungi badan dari pengaruh alam sekitar seperti gigitan serangga, pengaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lain yang berbahaya.
Cara yang dilakukan manusia untuk melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda sesuai dengan alam sekitarnya. Di daerah yang berhawa dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit binatang, khususnya binatang-binatang buruan yang berbulu tebal seperti domba. Kulit binatang tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari daging dan lemak yang menempel lalu dikeringkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita. Begitu juga dengan daerah yang panas, mereka memanfaatkan kulit kayu yang direndam terlebih dahulu lalu dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daundaun kering dan rerumputan. Selain itu ada yang memakai rantai dari kerang atau biji-bijian yang disusun sedemikian rupa dan untaian gigi dan taring binatang. Untaian gigi dan taring binatang ini dipakai di bagian leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pada panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh.
Pemakaian untaian gigi, taring dan tulang, selain berfungsi untuk penampilan dan keindahan juga berhubungan dengan kepercayaan atau tahayul. Menurut kepercayaan mereka, dengan memakai benda-benda tersebut dapat menunjukkan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar selalu dihormati. Cara lain adalah dengan menoreh tubuh dan wajah dan diberi bahan pewarna yang lebih dikenal men “tattoo”. Namun mentatto menurut Roosmy M Sood dalam Dra. Arifah A Rianto, M.Pd (2003:44) bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat primitive belum dapat dikatakan berbusana karena seni berbusana baru muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kulit binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan.
Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit binatang maupun kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah bentuk dasar busana. Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana. Untuk lebih jelasnya, bentuk dasar busana akan diuraikan satu persatu.